Pandangan terhadap cinta
Dalam bahasa arab حب diartikan sebagai cinta / kasih sayang, meski pemaknaaan hub bisa mengandung banyak arti tetapi secara mendasar hubba sangat begitu dekat makna dangan arti kata cinta, sementara berikut ini pandangan beberapa tokoh islam mengenai cinta
1. Cinta Menurut Imam Muhammad ibnu Daud Azh-Zhahiri
Imam Muhammad ibnu Daud berkata, “Kami telah menuturkan beberapa pendapat penyair mengenai cinta bahwa cinta pada mulanya terjadi dari penglihatan dan pendengaran. Kemudian bila Allah SWT menghendaki kita dibuat untuk dapat selalu mengingat-ingat apa yang mungkin diakibatkan oleh pendengaran dan penglihatan. Lantas kenapa bisa terjadi cinta dan bagaimana? Bagi orang awam keberadaan cinta tidak terlalu menjadi perhatian mereka, sedangkan bagi orang-orang yang ahli mereka selalu mempertanyakan sebab-musababnya. Dari Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Salam beliau bersabda:“Ruh-ruh adalah seperti layaknya tentara perang yang disiagakan, maka apabila saling mengenal (saling pengertian dengannya) akan terjalin sebuah hubungan yang harmonis (kekompakan), sedang apabila saling mengingkari maka akan tercerai berai.” Seorang penyair berkata: Aku membawa segunung cinta untukmu Sedang aku sesungguhnya tidak mampu membawa jubah dan aku begitu lemah Cinta bukanlah bagian dari kebaikan dan tenggang rasa Akan tetapi cinta adalah sesuatu yang karenanya jiwa terbebani dengan beban yang berat.”
2. Cinta Menurut Imam ibnu Hazm
Imam ibnu Hazm berkata, “Cinta adalah sesuatu yang permulaannya seperti sebuah senda gurau dan akhirnya adalah merupakan keseriusan. Karena keagungannya, arti cinta sangat rumit untuk digambarkan. Engkau tidak akan dapat menemukan hakikatnya kecuali setelah bersusah payah (dengan pengorbanan). Sementara orang-orang telah berbeda pandangan mengenai hakikat cinta yang sebenarnya, mereka berkata kesana-kemari. Menurut pendapat saya (Imam ibnu Hazm), cinta adalah pertautan antar bagian-bagian jiwa yang terbagi pada asal unsurnya yang luhur. Kita pun telah tahu bahwa rahasia mengenai percampuran dan perbedaan pada segala penciptaan sesungguhnya adalah suatu pertemuan dan pemisahan unsur-unsur yang terdapat dalam jiwa dan raga”.
3. Cinta menurut Imam ibnu Jauzi
Menurut Imam ibnu Jauzi, cinta adalah kecondongan jiwa yang sangat kuat kepada satu bentuk yang sesuai dengan tabiatnya, maka jika pemikiran jiwa itu kuat mengarah kesana, ia akan selalu mengharapkannya. Oleh karena itu pula biasanya penyakit baru akan selalu muncul bagi orang yang sedang jatuh cinta. Beliau berpendapat sebagaimana pendapat pendahulunya dalam teori kecocokan, “Para ahli di bidang ilmu hikmah telah mengatakan bahwa cinta tidak akan terjadi kecuali bagi yang memiliki kesamaan dan cinta itu berkurang atau bertambah sesuai dengan kadar kecocokan. Beliau berargumen dengan hadits Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam, “Ruh-ruh adalah layaknya tentara perang yang disiagakan, jika tercipta suasana saling pengertian maka akan terjadi kekompakan dan jika saling penyalahan maka akan hancur porak poranda.”
4. Cinta Menurut Imam Ibnu Qayyim
Imam ibnu Qayyim mengatakan, “Faktor pendorong dalam masalah cinta terkadang yang dimaksudkan adalah perasaan yang diikuti kehendak dan ketertarikan. Hal ini ada dalam diri seorang yang sedang jatuh cinta, terkadang dimaksudkan juga sebagai sebab yang karenanya dapat ditemukan cinta dan perasaan bergantung dengannya. Sedangkan bagi kami yang dimaksud dengan pendorong cinta di sini adalah kumpulan dari dua perkara; yaitu apa yang dimiliki oleh orang yang dicintai (keadaan kekasih) dari sifat-sifat yang mendorong untuk mencintainya dan apa yang dimiliki orang yang mencintai (keadaan pencinta) dari perasaan dan kecocokan yang ia rasakan, yang mana hal itu dapat menjadi penghubung di antara mereka berdua.
Pada dasarnya Al Quran sebenarnya telah mengisratkan mengenai kecendrungan manusia untuk mencintai terhadap sesuatu, hal ini bisa kita lihat di dalam Al Quran surat Al Imron ayat 14
زُيِّنَ
لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ
وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ
الْمُسَوَّمَةِ وَالأنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ
الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآب
Artinya :Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak [l86] dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).
Dari beberapa pandangan yang dikemukakan di atas maka barangkali kita bisa menarik satu kesimpulan bahwa cinta adalah salah satu fitrah kemanusian sebagai salah satu rezki yang diberikan oleh Allah SWT taala kepada manusia untuk hidup dalam kecintaan dan kasih sayang” maka apalah bahasa yang lebih sederhana kecuali cinta, maka apalah yang lebih indah kecuali cinta, maka karna cinta aku mengerti kemanusian”
Istikaroh Jalannya Cinta
Dari beberapa pandangan diatas mengenai cinta maka atas keaguangun dan kumulyaan cinta yang dikaruniakan oleh Allah SWT kepada manusia,sudah selakya cinta harus didudukan pada satu ruang atau tempat yang baik dan bijaksana, melihat pemaknaan cinta ditengah masyarakat hari ini yang kian absurt, seringkali kita menemukan pemaknaan cinta yang pornoistik,dan cendrung dijadikan penghalalan kepada suatu tindakan amoral dengan dasar cinta padahal berkatalah jalaludiin rummi “Ketahuilah, apapun yang menjadikanmu tergetar, itulah Yang Terbaik untukmu ! Dan karena itulah, Qalbu seorang pecinta-Nya lebih besar daripada Singgasana-Nya “
Mencintai karena allah
Beberapa waktu ini sempat buming satu lagu yang menyita perhatian publik, satu tembang lagu manis yang dilantunkan oleh ...KDI yang judul Cintai Aku Karna Allah, meski sebenarnya tidak terlalu hafal terhadap lirik lagunya akan tetapi lagu ini bagi (penuls) memberikan kesan tersendiri, mengingat pembicaraan dan pemaknaan tema tentang cinta mengalami satu distorsi nilai, kenyataan hari ini cinta telah menjadi sindrome seksualitas, hubungan penghalalan, dan kaidah pembenaran sepihak, padahal Rosullah Muhammah SAW bersabda,
“Tali iman yang paling kuat adalah mencintai karena Allah dan membenci karena Allah.” (HR. At-Tirmidzi).
Pada hadis yang lain Nabi Muhammad Saw bersabda
“Barangsiapa yang mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi karena Allah dan tidak memberi karena Allah, maka sungguh telah sempurna Imannya.” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi).
Dari dua hadis di atas kita bisa melihat begitu luar biasanya islam untuk menjaga hubungan kemanusian yang harus terjalin, satu isyarat konstruktif yang sebenarnya mulai harus dibangun oleh ummat islam bahwa mempersiapkan diri untuk menjadi seseoarang yang dihadapan allah baik menjadi salah satu indikator atau syarat untuk seseorang dalam hal mencintai, barangkali begitulah islam dalam kontek pemahaman cinta memberikan garansi kebaikan pada masing masing calon pasangan, dengan iman yang baik dan allah sebagai rujukan kecintaanya, dan dari kedua hadis tersebut pula secara tersirat ada manivestasi spirit perubahan bagi calon pasangan dari umat islam,
ان المتحابين لتري غرفهم في الجنة كالكوكب الطالع الشرقي اوالغربي فيقال من هؤلاء فيقال هؤلاء المتحابون في الله عزوجل (رواه أحمد)
· Mencintai sekedarnya saja dan ke-istikomahan (setia)
Sakitnya tu disini atau sakitnya tu dimana mana, kata kata tersebut tiba tiba menjadi booming setelah menjadi satu ide dasar sebuah lagu yang ahir – ahir ini menjadi trending topik ditengah masyarakat kita, untuk mendiskribsikan satu keadaan hati yang lagi galau (sakit hati), terlebih dari itu keberadaanya sebagai satu lagu sebenarnya telah memberikan satu gambaran fenomena yang sering kali terjadi di dalam dunia percintaan, di dalam islam sendiri sebenarnya telah memebrika satu metode kepada manusia untuk mengindari rasa sakit hati, bahasa yang lagi ngetrend galau, hal ini bisa kita lihat dalam satu hadis nabi Muhammad SAW yang berbunyi :
احبب حبيبك هونا ما عسي ان يكو ن بغيضك يوما ما وابغض بغيضك هونا ما عسي ان يكو ن حبيبك يوما ما (رواه الترمذي)
Sungguh luar biasa keluasan khasanah islam sebgai suatu tatanan cara berkehidupan bahkan dalam hal yang demikan pun islam sudah menganjurkan dalam hal mencintai kepada selain allah untuk tidak terlalu berlebihan, demikian pula islam telah mengajarkan satu tata keindahan dalam hidup tentang satu pentingnya nilai kesetian menurut islam, nabi Muhammad SAW bersabda:
مثل المؤمنين في توادهم وتراحمهم وتعاطفهم مثل الجسد اذا الشتكي منه عضو تداعي له سائر الجسد باالسهر والحمي (رواه مسلم)
Kedewasaan mencintai
islam telah memberikan satu tempat yang begitu istimewa untuk apa yang dikatakan cinta, cinta yang hadir mampu dioleh karenanya dalam hal mencintai sebenarnya butuh satu kesiapian pemahan terhadap cinta itu sendiri sehingga jalinan perasaan yang terbangun pun sesuai dengan koridor dan ajaran islam, disinilah letak kematangan seseorang memaknai setiap hasrat yang hadir dalam hatinya, kematangan sikap terhadap cainta yang hadir pada diri seseorang inilah yang kemudian akan menjadikan sirot ( jalannya) cinta lebih indah dan bermartabat, karena perasaan cinta yang hadir ditafsirkan sebagai rezeki hati, yang perlu dijaga kebaikannya dengan tetap menjadikan allah sebagai dasar kecintaannya,
No comments:
Post a Comment